watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KEJAMNYA IBUKOTA

Namaku Budi. Akibat dampak krisis yang
berkepanjangan, menyebabkan aku dipecat dari
perusahaan. Dengan modal seadanya aku
berusaha wiraswasta kecil-kecilan. Baru mulai
dapat pasar, pemasukan sudah mulai membaik,
eh peralatan di tempat usahaku dicuri maling.

Apes benar yah. Sekejam-kejamnya ibu tiri tidak
sekejam ibu kota, memang ada benarnya.
Akhirnya dengan meminjam modal pada saudara
(jelas tidak mungkin kalau ke bank, apa yang mau
diagunkan). Setelah modal cukup aku coba lagi
diusaha yang sama, hanya beda lokasi (mungkin
hong sui yang dulu nggak bagus - pasar ada
tetapi nggak aman).
Pemasukan dari usaha ini tidak begitu baik, tetapi
tetap bersyukur, karena tempatnya aman. Yah
aku coba jalani saja, hingga suatu saat..
Aku punya istri, namanya Ida. Dia bekerja di
perusahaan swasta sebagai staf pemasaran. Gaji
yang dia dapat tidak mencukupi karena (setelah)
dipotong dengan biaya transpotasi dan makan,
hanya tinggal beberapa ratus ribu rupiah.

Sementara fixed cost COM (Cost Of Marriage) alias
biaya tetap operasional rumah tangga cukup
besar yang tidak sebanding dengan pemasukan,
sehingga aku usulkan dia berhenti bekerja saja,
agar membantu usahaku dengan demikian aku
dapat mengurangi karyawanku dan menambah
pemasukan. Alhasil pemasukan hanya dari hasil
wiraswastaku, mangan ora mangan ngumpul.
Setelah dicoba beberapa bulan, akhirnya dia
menolak dengan alasan pemasukanku fluktuatif,
sementara dia mempunyai penghasilan tetap.
Selain itu pekerjaan di rumah monoton, dan buat
apa dia belajar bila tidak dipraktekkan. Semua
alasannya masuk akal, sehingga dengan berat hati
aku menyetujuinya untuk kembali bekerja di
kantor yang sama. Beruntung sebelumnya dia
mendapat cuti di luar tanggungan, belum
mengundurkan diri, sehingga dapat kembali lagi
dengan hak yang sama.

Beberapa bulan kemudian istriku bilang ingin
mempunyai anak. Saat ini dia menggunakan
spiral sebagai kontrasepsi (kita sepakat sebelum
nikah agar tidak mempunyai anak bila belum siap
secara materiil dan moril). Aku bilang kondisi saat
ini tidak memungkinkan. Dia tetap bersikeras
bahwa banyak anak banyak rejeki. Aku tertawa
mendengarnya. Akhirnya dia menerima untuk
sementara waktu tidak hamil dulu. Aku berikan
alasan bahwa biaya terbesar untuk mempunyai
anak adalah pendidikan dan kedua kesehatan,
sehingga dengan kondisi yang belum stabil, aku
belum berani ambil resiko - kita selalu
bermusyawarah dengan memberikan alasan
yang masuk akal, sehingga tidak ada larangan
tanpa alasan - alias otoriter.

Suatu siang, aku “pingin” banget, kita berdua
tinggal di rumah kontrakan di pinggiran Selatan
kota Jakarta, yang hanya mempunyai tiga ruang
dengan masing-masing ukuran tiga kali tiga,
ruang pertama ruang tamu, ruang tengah, ruang
tidur yang mempunyai pintu, sedangkan ruang
ketiga adalah dapur dan kamar mandi, sehingga
secara keseluruhan rumah kontrakan ini
berukuran tiga kali sembilan meter, dan itupun
berjajar sebanyak lima buah berdempetan.

Kondisi rumah yang kecil dan panas yang terik,
membuat dia tidur hanya mengenakan CD dan
bra, sementara tak jauh darinya kipas angin
dengan kecepatan rendah, sedang berputar. Pagi
hari menjelang siang aku “meminta” tetapi dia
menolak karena capek. Tapi desakan “arus
bawah” ini nggak tahu diri, akhirnya aku berusaha
masuk ke kamar. Ternyata kamar dikunci.
Dengan tidak kehilangan akal aku berusaha
melepas anak kunci di dalam kamar dengan
menusuk dari luar dengan obeng, agar jatuh ke
koran yang aku letakkan di bawah pintu. Aduh
mau minta “jatah” sama istri sendiri saja
susahnya minta ampun. Saat anak kunci jatuh,
dia terbangun dan anak kunci itu dengan sekali
gerakan dengan kakinya keluar dari koran. Yah
apes, gagal.

Aku coba cara lain. Kabel kipas angin tertancap di
stop kontak di luar kamar tidur (karena stop
kontak di kamar tidur lagi rusak) aku cabut
sehingga udara yang dihembuskan terhenti. Tak
berapa lama, dia mulai berkeringat, dan berusaha
menekan tombol-tombol kipas yang tak
bertegangan.
Karena panas dia keluar dan..
“Mas, aku capek tolong jangan dulu, pasang lagi
kabel kipas anginnya!” katanya. Tanpa komentar
kulakukan apa yang dia minta. Yah terpaksa
mengalah lagi. Dia kembali masuk ke kamar
untuk melanjutkan tidur tanpa mengunci kamar.
Gagal lagi.
Suatu hari dia memintaku agar bekerja di
kantoran, yang penting mempunyai penghasilan
tetap. Aku bilang umurku sudah tidak muda lagi.

Mana ada kantor yang mau. Yang ada juga
sekarang pada di PHK, kubilang.
Saat malam, aku benar-benar “pingin” banget,
soalnya yaitu, dia kalau tidur nggak siang atau
malam selalu hanya CD dan bra hitamnya saja,
sementara kulitnya lumayan putih, jadi kan “arus
bawah” selalu meronta. Aku mulai mendekati dan
merayunya, karena sudah beberapa hari ini aku
hanya masturbasi.

“Ma, aku pingin, nih..” sambil mengusap paha
bagian dalamnya, posisinya tidur telungkup. Dia
langsung membalik badan dan duduk serta..
“Kamu disuruh kerja nggak mau, aku pingin
punya anak kamu nggak mau, apa-apa nggak
mau, mati aja sana! ngentot mulu yang dipikirin..”
katanya dengan suara cukup keras, malu juga
aku didenger oleh tetangga.

> “Ya sudah Ma. Kalau nggak mau yah jangan
teriak-teriak gitu dong. Didengerin sama tetangga
kan malu!” jawabku. Mungkin dia ada masalah di
kantor atau kurang sehat, aku memaklumi, aku
keluar kamar dan tidur di ruang tamu.

Di suatu sore, saat sampai di rumah dari pulang
kerja, setelah membersihkan diri dan makan, dia
minta tolong aku untuk ngerokin badannya.
Katanya masuk angin. Aku sedang tanggung
memperbaiki peralatan usahaku di ruang tamu.

Ternyata karena nggak sabar menungguku, dia
minta tolong dengan Mbak sebelah untuk
ngerokin badannya di kamar tidur kami.
Setelah selesai memperbaiki peralatan, aku
menuju kamar tidur dan kulihat dia sedang tidur-
tiduran (dia selalu tidur dengan telungkup, aku
nggak bisa membayangkan saat dia nanti hamil,
kalau jadi, khan repot). Aku coba memijat
pundaknya, dan mengurut punggungnya. Karena
terhalang oleh tali surga alias tali bra, kucoba
melepaskan. Dia diam saja, dan aku terus
memijat dengan siku tanganku secara perlahan,
kuturunkan sedikit bagian belakang celana
dalamnya hingga belahan pantatnya tampak
semua (kalau dia protes, akan kujawab CD-nya
mengganggu).

Nampaknya dari hasil pijatanku dia tertidur.
Dengan perlahan kulepas CD-nya, pelan-pelan.
Setelah terlepas, kupijat telapak kakinya sedikit
demi sedikit menuju ke bagian atas sambil
melebarkan bentangan kaki kiri dan kanan,
kemudian ke arah betisnya, pangkal pahanya, dan
kuusap paha bagian dalamnya, dan dia
mengubah arah kepalanya dengan
membelakangiku (jangan-jangan dia pura-pura
tidur??).

Saat ini rudalku sudah siaga satu, nampak seperti
joystick. Bedanya nggak ada push-button-nya.
Saat kupijat paha bagian dalam sengaja
kelingkingku tidak ikut menekan tetapi kubiarkan
menunjuk. Kadang kugesek ke anusnya, kadang
ke klitorisnya (dia mempunyai klitoris yang sangat
besar serta keluar dari penutupnya, baik dalam
posisi terangsang ataupun tidak - mungkin itu
sebabnya dinamakan IDA alias Itil kuDA). Dia ini
tergolong wanita dengan bulu lebat, hingga
lubang anusnya pun banyak ditumbuhi bulu.
Takut dianya marah aku pindah memijat kaki
sebelahnya tanpa merubah posisi dudukku, dan
kuulangi lagi mengarah ke atas. Kali ini aku tidak
menyentuh anus atau klitorisnya, tapi kuusap
bulu kemaluan serta bulu sekitar anus tanpa
menyentuh kulitnya.

Aku lepaskan pakaianku. Kebetulan hawanya
panas sekali saat itu. Kuusap kemaluannya, terasa
ada seikit lendir, kubalikkan badannya, dan..
“Ma, main, yah?” bisikku ke telinganya sambil
menjilat daging lunak sekitar telinga.
“Hmm..” tanpa kata, tapi aku dapat menangkap
maksudnya, pasti bukan penolakan. Segera
kutindih badannya, dan kuhisap putingnya yang
berwarna coklat muda secara bergantian (lucu
deh, balita aja kalah mimik asi-nya). Kemudian
kucium mulut dan kujilati sekitar telinganya, aku
tidak berani mencium lehernya karena masih ada
sisa balsem, bukan terangsang yang kudapat
malah kepedasan nanti.

Aku tidak berani memegang rudalku, karena
tangan bekas memijat tadi terkena balsem bekas
kerokan yang ada di punggung istriku. Sehingga
dengan penuh perjuangan aku mencoba
memasukkan rudalku ke dalam vagina istriku
tanpa memegangnya, seperti max biagi habis
finish terus lepas tangan, tusukan pertama gagal
akibatnya terpeleset dan menggesek klitorisnya,
istriku coba mengangkang lebih lebar agar lebih
leluasa memasukkannya, kutusuk lagi, dan
terpeleset dan..
“Pa, pelesetin terus aja enak kok,” katanya
ngeledek. Dalam hati iya enak di kamu, nggak
enak di aku. Kucoba yang ke tiga, akhirnya
masuk, tetapi belum masuk semua hanya bagian
kepalanya saja karena agak sempit. Nggak apa-
apa deh yang penting sudah masuk sasaran
tembak. Ya sudah, aku coba tarik-tekan dengan
“space” yang kecil tadi, dengan kesabaran
akhirnya semakin basah dan..
“Mph, eh,” cuman itu yang keluar dari mulut
istriku, dengan raut muka seperti orang tidur.

Lama kelamaan vaginanya semakin basah
sepertinya mempersilakan rudalku masuk lebih
dalam. Kutekan lebih dalam dan masuk semua,
baru tarik-tekan, empat kali, aku sudah keluar.
“Ma, maaf yah, soalnya sudah lama nggak main
jadi keluarnya cepet,” kataku. Dia tidak menjawab
tetapi mengeluarkan lenguhan nafas panjang,
artinya dia nggak puas. Yah siapa sih tahan
“palkon” (kepala kontol, red) belum masuk
semua, tapi digesek-gesek sekitar vagina soalnya
belum dipersilakan masuk. Coba deh masturbasi,
tapi yang diurut hanya “palkon”nya saja, kalau
nggak cepet keluar (ya lecet).

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com

Udah gitu aku khan
udah lama nggak main jadi yah cepet keluar. Aku
agak heran sampe ada yang main bisa lama saat
merawanin anak orang. Biasanya untuk pertama
kali yang cewek akan merasakan lebih banyak
sakitnya ketimbang enaknya, sementara cowok
lebih cepat keluar karena “palkon”nya akan terjepit
dinding vagina karena si cewek menahan rasa
sakit. Yah kecuali kalau cowoknya memakai obat
atau Co sudah pengalaman alias nggak perjaka.

Setelah itu aku berdiri dengan ke dua lututku.
Tampak cairan putih alias spermaku meleleh dari
vagina istriku. Ada sebagian orang yang
mengatakan itu cairan yang menjijikan, didorong
bagaimanapun caranya tetap akan keluar dari
kedudukannya (si istri pingin hamil jadi berusaha
spermanya nggak keluar) - beda dengan pejabat
di negara berkembang udah menjijikan didorong
pakai apapun tetap nggak mau turun juga.

Kubersihkan dengan CD hitamnya, dan aku ke
belakang untuk memcuci “rudalku”. Setelah
selesai aku kembali ke kamar tidur. Posisi tidur
istriku belum berubah, masih terlentang dengan
kaki terbuka lebar dan mata terpejam (yang jelas
bukan tidur kemungkinan kesel, ya).
“Ma, nambah yah?” kataku. Dia diam aja. Aku
duduk di depan vaginanya. Tampak vagina labia
minoranya sudah menutup, tetapi klitorisnya
masih tersembul keluar. Kubuka labia minoranya
yang tertutup bulu hitam keriting, saat akan
kujilat..

“Jangan, Pa, kotor..” kata istriku, sambil bangun
terus memegang bagian belakang kepalaku
dengan kedua tangannya serta menghisap bibir
bawahku, menghisap dengan sangat kuatnya dan
mencari-cari lidahku. Setelah dapat, dihisapnya
lidahku, terlepas, dimainkannya lidahnya di
gusiku. Saat dia melakukan semua gerakan kulihat
matanya terpejam, saat mendapatkan lidahku,
matanya setengah terbuka yang tampak bagian
putihnya saja.
Dijilati leherku, terus ke dua putingku, hingga
“rudal”ku bergerak tetapi belum mengeras hanya
“waspada satu”. Selanjutnya dia menjilati lubang
“rudal”ku. Poupss, rasanya mak.. Dia suka meng-
oral-ku, tetapi kalau di-oral nggak mau, alasannya
kotor bekas darah menstruasi, keputihan, bau,
pokoknya nggak boleh, yah sudah aku nurut aja,
toh aku yang diuntungkan.

Dia memasukkan hanya sebatas kepala “rudal” ke
dalam mulutnya, dihisap, dilepas (hingga bunyi
“plop”), dijilati kepalanya, dihisap lagi, begitu keras
menjadi “siaga satu”, dimasukkan semuanya ke
dalam mulut, dilakukan berulang-ulang. Rasanya
“rudal”ku sudah keras, tetapi ada sedikit rasa linu
(mungkin setelah keluar yang pertama tadi dan
kencing saat dibersihkan sekarang dipaksa tegang
lagi), sehingga rasa linu ini mengalahkan rasa
nikmat untuk segera “keluar”.
Tahu kalau sudah “siaga satu”, dia segera
mengangkangi rudalku dan memasukkan ke
vaginanya, bergerak naik turun dengan sangat
cepat.

“Oh.. oh.. ohh..” suaranya keras bener, membuat
rasa linuku hilang berubah menjadi nikmat.
Kucoba menutup mulutnya agar tidak didengar
tetangga, malah jariku dijilati, auw, enak bener.

Nggak lama digigit, langsung segera kutarik
tanganku (ganas bener, anjing kalah?), Eh, malah
lebih keras lagi suaranya. Bodo ah, biarin tetangga
denger, kadang seperti orang kepedesan (sshuah
- shuah, padahal nggak ada cabenya), kadang
seperti orang merintih kesakitan.
Sudah capek dengan gerakan cepat naik-turun.

Dia terduduk tetapi tetap bergerak memutar
secara perlahan, kemudian dia roboh, telungkup
memelukku, dan menghisap bibirku. Terasa
“rudalku” seperti ada yang menekan, saat dia
melakukan penekanan dengan rongga vagina
pada “rudalku”, dia mengangkat sedikit pantatnya
dan menjatuhkannya kembali, akhirnya dia nggak
bergerak.
“Capek aku, Pa,” katanya dengan napas ngos-
ngosan. Kubalik badannya tanpa melepas
“rudal”ku. Tampak hidungnya kembang-kempis,
capek benar kayaknya. Kucabut “rudalku”.
Tampak banyak lendir berwarna putih
menyelimuti “rudal”ku, dan di sekitar labia
minoranya ini sih bukan becek tapi banjir, tetapi
aku tetap senang (wanita tidak mengeluarkan atau
menyemprot cairan sperma seperti pria, hanya
lendir bening, akibat dikocok terus menerus maka
berubah manjadi putih susu).

Kalau ada yang bilang “jangan sama orang
Sunda”, “jangan sama orang Cina”, “jangan sama
orang berkulit putih”, banjir, becek, menurutku
“SALAH”, banjir dan becek itu menandakan
wanita itu terangsang “BUKAN” dari warna kulit,
sehingga memudahkan penetrasi. Sebaliknya bila
kering akan sulit sekali penetrasi, kalau dipaksakan
akan berakibat iritasi selain itu akan menyebabkan
ejakulasi premature karena sentuhan yang
diterima sangat luar biasa. Mau tahu buktinya
mana ada pemerkosa lama, paling nggak lebih
dari dua menit (aku bukan pemerkosa lho) yah
kalau dia kelamaan keburu ketangkep, tul nggak?
Kalau iritasi perihnya minta ampun. Ada cerita
yang mengatakan pelacurnya nggak tahu kalau
tamunya sudah keluar - itu bisa terjadi bila:

pelacurnya acting, pelacurnya lagi ngelamun atau
pelacurnya masih perawan, lha wong tiap hari
ditusukin pasti dia tahu. Mungkin lebih tahu dari
tamunya, soalnya dia berusaha agar secepatnya
ejakulasi, khan prestasi kerjanya di situ.
Aku bersihkan “rudal”ku dan labia minoranya
dengan GT MAN-ku. Selanjutnya kumasukkan
kembali, kuangkat kakinya ke pundakku.
Gerakanku pelan (kan habis di bersihkan jadi agak
berkurang lendirnya) begitu mulai basah
kutambah kecepatannya, hingga tak lama akan
keluar..

“Mas jangan dikeluarin dulu, Papa berdiri deh,”
kata istriku. Segera aku bangun dan dihisapnya.
Saat akan keluar, disemprotkan spermaku ke
wajahnya, dan dioleskan “rudalku” ke wajahnya.
“Kamu kok aneh sih, Ma?” tanyaku.

“Nggak. Kata teman sperma itu obat manjur
untuk jerawat. Selain itu juga mengencangkan
wajah!” katanya.
“Kata siapa?” katanya.
“Mbak Maryanah,” jawabnya. Hah, Mbak
Maryanah itu tetangga sampingku, orangnya
kalem, sopan, guru TK. Nggak nyangka. Pantes
kok nggak pernah jerawatan dan memang sih
wajahnya putih kenceng. Tapi masak sih orang
seperti itu mau melakukan kayak gitu, yah
dalamnya laut siapa tahu?
“Pasti ngelamunin ya?” tanyanya, sambil
mencubit pantatku.
“Tahu aja, habis nggak nyangka sih.”
“Sebetulnya dia keberatan ngasih tahunya, tapi
aku desak terus menerus untuk memberikan
resep bebas jerawat dan wajah kencengnya. Kata
dia sih cuman aku yang tahu, jangan
diberitahukan ke siapa-siapa, malu katanya,”
jawab istriku.

Setelah kita berdua membersihkan organ vital,
kita menuju peraduan.
“Ma, kamu itu jerawatan bukan pakai sperma
obatnya, tetapi jangan stres!” kataku sambil tidur
miring menghadap ke arahnya.
“Papa ini gimana sih, namanya orang hidup khan
pasti punya masalah, nah khan mesti dipikir!”
jawabnya nggak kalah sengit sambil menekan
jidatku.

“Tetapi menurutku jerawatmu itu karena
nafsumu yang nggak tersalurkan, jadi timbul di
wajahmu terus sering marah-marah,” kataku.
“Itu maunya Papa agar bisa sering main, tapi
gimana yah, aku khan nggak bisa nafsu kalau aku
ada masalah sama kamu.”
“Jadi kamu selingkuh dengan orang lain,
memangnya ada masalah apa denganku.”

“Selingkuh, nggak lha yau, nggak selingkuh aja
sudah pusing apa lagi selingkuh,” jawabnya
tegas. Wah kaget juga hampir ngantukku hilang.

Biasa, habis main biasanya ngantuk bawaannya.
“Terus masalahmu apa sama aku?” tanyaku.
“Pa, aku bingung ngurus keuangan rumah
tangga, semua keperluan kamar mandi naik,
listrik naik, kontrakan naik. Cuma susuku sama
spermamu saja yang turun,” katanya sambil
megang susunya sendiri serta “rudalku”.
“Yah larinya kok kesitu lagi,” kataku.

“Lho memang kenyataan begitu, kalau sudah gitu
khan pusing, gimana mau main, coba.”
“Kok hari ini kamu tumben mau, biasanya
marah-marah melulu?” tanyaku.
“Tadi aku periksa ke tempatmu kerja, kata Lili
(kasirku) banyak pengunjung, jadi pasti kamu
bawa uang banyak,” jawabnya sambil senyum.

“Oohh,” kataku sambil senyum juga.
“Jadi kalau gitu masuk angin dan kerokannya
hanya akting. Pantes nggak merah? agar mancing
aku untuk bersetubuh, memuaskan kamu, dan
jerawatmu?” tanyaku kesal, tapi ngecret juga sih.

“Nggak juga Pa, memang tadi badanku terasa
nggak enak, terus aku di jalan lihat orang di bajaj
mesra banget, bayangin di bajaj aja mesra, kalau
di mobil mewah sih wajar, jadi ingat kamu. Tapi
yang lebih penting sih kamu bawa uang lebih,”
katanya.

“Lho kok masalah uang lagi?” tanyaku.
“Iya memang itu sumber masalahnya,”
jawabnya.
“Katanya dulu waktu pacaran sudah siap hidup
susah, yang penting saling mencinta,” rayuku.

“Makan tuh cinta,” katanya. Aku tersenyum.
“Jadi ada uang abang sayang, nggak ada uang
abang ditendang?” kataku.
“Ember,” jawabnya sambil senyum.

“Tahu gini mendingan beli sate dari pada pelihara
kambing,” kataku meledek.
“Sapa suruh luh kawin,” katanya sambil
menaikkan dagunya yang lancip, sambil merubah
posisi tidur dengan wajah membelakangiku.

“Dasar perempuan, tugasnya ngabisin uang
suami,” kataku, yang masih tetap tidur miring
menghadap ke istriku.

“Kodrat” jawabnya singkat.

Yah, itulah sebagian kecil kehidupan rumah
tangga yang selalu banyak masalah silih berganti,
padahal sebelum nikah, aku sudah membaca
segala macam buku. Kalau ujian mungkin dapat
nilai “A”. Ternyata setelah nikah, segala teori yang
di buku hanya sebagian kecil yang terjadi.

Jadi ingat sebuah lagu,
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.
Bersakit dahulu - senangpun tak datang, malah
mati kemudian.

———(Jamrud)
Mudah-mudahan, badai krismon segera hilang.


Adult | GO HOME | Exit
1/1197
U-ON

inc Powered by Xtgem.com